MAKALAH THOHAROH


THAHAROH


Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Fiqih Ibadah
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI/ D) Smt II
Tahun Akademik 2015/2016

 


Disusun oleh:
Iman Rohiman     (1415101059)

Dosen Pengampu:
Drs. A. Syathori, M.Ag

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2016






BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar belakang
Dalam berbagai macam kitab yang menjelaskan tentang fiqih, bab thaharah adalah bab yang berada pada bab yang paling awal. Hal itu terjadi karena thaharah adalah bagian yang paling penting untuk di pelajari. Thaharah merupakan alat pembuka pintu untuk memasuki suatu ibadah. tanpa thaharah, pintu tersebut tidak akan terbuka. Mungkin masih banyak di kalangan orang awam yang tidak tahu persis tentang pentingnya thaharah, namun tidak di pungkiri juga bahwasanya banyak aorang yang mengetahui thaharah akan tetapi mengabaikannya.

2.      Rumusan masalah
a.       Apa yang di maksud dengan thaharah ?
b.      Apa dalil yang menjelaskan tentang thaharah ?
c.       Apa saja media yang di gunakan untuk thaharah ?
d.      Apa saja macam-macam thaharah ?

3.      Tujuan masalah
a.       Untuk mengetahui definisi thaharah
b.      Untuk mengetahui dalil-dalil yang menjelaskan tentang thaharah
c.       Untuk mengetahui macam-macam thaharah







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Thaharah
Thaharah menurut etimologi adalah bersih dan suci dari berbagai kotoran, baik kotoran lahiriyah seperti beberapanajis maupun bathiniyah seperti beberapa aib. Adapun secara terminologi thaharah adalah suatu perbuatan yang menentukan boleh tidaknya suatu ibadah itu di laksanakan (sah atau batal), walaupun dengan menggunakan media thaharah seperti tayamum atau semata-mata untuk mencari tambahan pahala (seperti basuhan yang kedua atau ketiga dalam berwudhu). [1]

B.     Dalil di syariatkannya thaharah
Thaharah hukumnya wajib berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Allah swt berfirman:

ياأيها الذين أمنو إذا قمتم إلي الصلاة فاغسلو اوجوهكم و أيديكم إلى المرافق وامسحو برؤسكم و أرجلكم إلى الكعبين و إن كنتم جنبا فالطهروا و إن كنتم  مرضى أو على سفر أو جاء أحد منكم من الغائط أو لمستم النساء فلم تجدو ماء فتمموا صعيدا طيِّبا فامسحوا بوجوهكم و أيديكم منه مايريد االله ليجعل عليكم من حرج و لكن يريد ليطهِّركم و ليتمَّ نعمته عليكم لعلَّكم تشكرون                                                                                                              

Artinya: ‘hai orang-oran yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub, maka mandilah, dan jika kamu sakit, sedang dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air, dan menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik, sapulah muka dan tanganmu denggan tanah itu.
Hadis Rasulullah SAW:

لا يقبل الله صلا ة بغير طهور                                                                                                                            
Artinya: “shalat tidak akan di terima denggan tanpa bersuci” (HR. Muslim)


C.     Media-media thaharah
1.      Air mutlak atau murni
Yaitu air yang belum tercampur dengan apapun yangg menyebabakan salah satu sifatnya berubah, baik itu sesuatu yang najis maupun sesuatu yang suci, seperti air sumur, air sumberan, air laut, air sungai, air hujan,air salju dan air embun. Air yang suci dapat di ggunakan untuk menhilangkan hadas kecil yang berupa wudhu dan dapat menhilangkan hadas besar yan berupamandi.
2.      Tanah yang suci
Yaitu permukaan tanah yang suci yang dapat di unakan untuk bertayamum yan menjadi antinya wudhu atau mandi dalam keadaan tertentu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya: “telah di jadikan untukku, tanah sebagai tempat sujud, dan alat bersuci”.
3.      Batu
Batu sebagai alat thaharah hanya bisa digunakan untuk istinja, yaitu menghilangkan najis yang keluar dari qubul dan dubur.[2]

D.    Macam-macam thaharah
1.      Wudhu
a.       Pengertian wudhu
Secara bahasa, wudhu adalah husnu (keindahan) dan nadzofah (bersih dari kotoran dan najis). Sedankan secara istilah, wudhu adalah membasuh beberapa anggota badan tertentu dengan di sertai niat tertentu.
b.      Dalil di syariatkannya wudhu
Wudhu di syariatkan berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Allah awt telah berfirman:

يا أيهاالذين أمنو إذا قمتم إلى الصلاة فاغسلوا وجوهكم و أيديكم إلى المرافق وا مسحوا برؤسكم و أرجلكم إلى الكعبين (ألمائدة : 6)                                                                                                     

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melakukan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan usaplah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki”(QS Al-Maidah: 6)
Rasulullah telah bersabda yang artinya: “shalat salah seorang di antara kamu tidak akan di terima jika ia memiliki hadas, sehingga ia berwudhu terlebih dahulu” (HR. Bukhari).
c.       Macam-macam wudhu
1)      Wudhu yang wajib, yaitu berwudhu untuk mengerjakan shalatt, tawaf, menyentuh atau membawa Al-Qur’an dan ber nadzar melakukan wudhu
2)      Wudhu yang sunnah, yaitu berwudhu untuk selain kepentingan di atas seperti berwudhu sebelum mandi janabat, sebelum membaca Al-Qur’an, dan lain-lain. Pada intinya di sunahkan untuk selalu mempunyai wudhu dalam setiap keadaan, nabi pernah berpesan kepada sahabat Annas bin Malik ra “wahai Annas ! jika kamu mampu untuk selalu memiliki wudhu, maka lakukanlah, karena jika malaikat mencabut nyawa orang yang mempuntai wudhu, maka ia tergolong kedalam orang-orang yang mati syahid”
Bahkan sebagian ulama menyebutkan fadhilah bagi orang yang melanggengkan wudhunya (daimal-wudhu):
1)      Selalu di temani para malaikat
2)      Selalu di catat pahala wudhunya setiap saat
3)      Anggota badannya selalu bertasbih kepada Allah
4)      Tidak akan pernah tertinggal shalat berjamaah, bahkan selalu bisa mendapatkan takbiratul ihram bersama imam
5)      Jika ia tidur, Allah akan mengutus beberapa malaikat yanga akan selalu menjaganya dari gangguan jin dan manusia
6)      Mudah dalam sakaratal-mautnya
7)      Selalu dalam penjagaan Allah swt selama dalamkeadaan berwudhu
d.      Syarat sahnya wudhu
1)      Islam
2)      Tamyiz
3)      Suci dari haid dan nifas
4)      Bersih dari segala sesuatu yang dapat menghalangi resapan air pada anggota wudhu, walaupun sesuatu itu berupa benda yang suci, seperti cat,lilin dan sebagainya
5)      Mengerti rukun-rukunnya wudhu
6)      Tidak meyakini salah satu dari rukun-rukunnya wudhu itu sunah
7)      Airnya harus sucu dan mensucikan
8)      Wajib menghilangkan najis terlebih dahulu yang menempel pada badan
9)      Airnya merata keseluruh anggota wudhu
10)  Benar-benar berwudhu karena hadas kecil
11)  Selalu mengkonsentrasikan niat ketika sedang berwudhu
12)  Tidak menggantungkan niat dengan sesuatu yang lain
e.       Sunah-sunah wudhu
1)      Membaca bismillah
2)      Membasuh kedua telapak tangan
3)      Berkumur
4)      Menghirupair lewat hidung
5)      Mengusap semua rambut kepala
6)      Mengusap telinga bagian luar dan bagian dalamnya
7)      Menyela-nyelai jenggot yang tebal
8)      Menyela-nyelai jari tangan dan jari kaki
9)      Mendahulukan anggota yang kanan daripada anggota yang kiri
10)  Terus menerus
f.       Hal-hal yang membatalkan wudhu
1)      Keluarnya sesuatu dari dua jalan
2)      Tidur yang tidak menetapkan pantatnya
3)      Hilangnya akal
4)      Bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahrom
5)      Menyentuh kemaluan dengan menggunakan telapak tangan[3]
2.      Mandi
a.       Pengertian mandi
Mandi dalam bahasa arab adalah al-gusl,yaitu mengalirkan air baik untuk badan,baju dan lain-lain. Secara bahasa, mandi adalah mengalirkan air. Sedangkan secara istilah, mandi adalah mengalirkan air keseluruh tubuh di sertai dengan niat tertentu.
b.      Dalil di syariatkannya mandi
Di syariatkannya mandi berdasarkan firman Allah swt  QS. Al-maidah: 6


و إن كنتم جنبا فاالطهَّروا                                                                                 
Artinya:”dan apabilakamu junub,maka bersucilah” (QS.Al-maidah : 6)
Dan QS. AN-Nisa: 43
و لا جنبا إلاَّ عابري سبيل حتى تغتسلوا                                                                                 

Artinya:”(jangan pula hampirimasjid) sedang kamu dalam keadaan junub, kecuali sekedar berlalu saja,hingga kamu mandi” (An-Nisa: 43).
Juga hadis Rasulullah saw:
إذا لتقى الختانان فقد وجب الغسل                                                                                          

Artinya: “jika suatu kemaluan bersentuhan dengan kemaluan lain, maka di wajibkan untuk mandi” (HR. Ibnu Hibban).
c.       Sebab-sebab wajibnya mandi
1)      Keluar mani baik di sertai syahwat maupun tidak
2)      Melakukan hubungan kelamin
3)      Meninggaldunia
4)      Terhentinya darah haid dan darah nifas
5)      Masuk islam
6)      Wiladah (melahirkan)

d.      Hal-halyang di sunahkan untuk melakukan mandi
1)      Menunaikan shalat jumat
2)      Shalat dua ied
3)      Shlat istisyqo (meminta hujan)
4)      Shalat khusuf (gerhana bulan)
5)      Shalat kusuf (gerhana matahari)
6)      Setelah memandikan mayat
7)      Masuk islam
8)      Ketika sadar dari gila dan ayan
9)      Melakukan ihram
10)  Memasuki kota mekah
11)  Memasuki kota madinah
12)  Melakukan wukuf di Arafah
13)  Melakukan mabit di Muzdalifah
14)  Melempar jumrah
15)  Melakukan tawaf
16)  Melakukan sa’i
e.       Rukun-rukun mandi
1)      Niat
2)      Menghilangkan najis yang ada pada badan
3)      Mengalirkan air keseluruh tubuh
f.       Sunah-sunah mandi
1)      Membaca bismillah
2)      Berwudhu
3)      Menggosok badan dengan tangan
4)      Mendahulukan anggota kanan dari pada anggota yang kiri
5)      Terus menerus

3.      Tayamum
a.       Pengertian tayamum
Secara bahasa, tayamum adalah Al-Qosdu yaitu menyengaja. Sedangkan menurut istilah, tayammum adalah mengusap wajah dan tangan menggunakan debu yang suci di sertai dengan niat tertentu.
b.      Dalil di syariatkannya tayammum
Di syariatkannya tayammum berdasarkan firman Allah swt yang berbunyi;

و إن كنتم مرضى أو على سفر أو جاء أحد منكم من الغا ئط أو لمستم النِّساء فلم تجدو ماء فتيمموا صعيدا طيِّبا فامسحوا بوخوهكم و أيديكم منه                                                                                     

Artinya:”dan jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air, atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah dengan mengginakan tanah yang baik (suci). Usaplah wajah dan tanganmu dengan debu itu” (QS An- Nisa: 43).
Juga hadis Rasulullah saw:

الصَّعيد الطَّيِّب وضؤ المسلم و إن لم يجد الماء عشر سنين                                                          




Artinya: “tanah yang baik merupakan alat berwudhu bagi orang islam, meskipun ia tidak menemukan air selama sepuluh tahun” (HR. An-Nasai).[4]
c.       Sebab-sebab tayamunm
1)      Tidak mendapati air setelah mencari terlebih dahulu
2)      Karena takut apabilaia keluar rumah untukmencari air maka ada yang mengancam jiwanya
3)      Karena ada hajat untukmenggunakan air itu, misalnya untukminum
4)      Kehabisan atau kehilangan air dalam perjalanannya
5)      Karena sakit berat yang apabila menggunakan air akan mengancam nyawanya atau mrnghilangkan salah satu manfaat anggota tubuhnya
6)      Karena ada perban yang tidak boleh terkena air pada anggota wudhunya
7)      Karena ada luka di salah satu anggota wudhu yang tidak boleh terkena air
d.      Syarat-syarat sahnya tayamum
1)      Adanya udzur karena sakit atau sedang dalam perjalanan
2)      Sudah masuk waktu shalat
3)      Menggunakan debu
4)      Bukan debu yang musta’mal
5)      Menghilangkan najis terlebih dahulu
6)      Satu tayamum hanya bisa di gunakan untuk satu shalat fardhu
e.       Rukun-rukun tayamum
1)      Niat
2)      Mengusap wajah
3)      Mengusap kedua tangan sampai ke siku
4)      Tertib
f.       Sunah-sunah tayammum
1)      Membaca bismillah
2)      Mendahulukan anggota yang kanan daripada anggota yang kiri
3)      Terus menerus
g.      Hal-hal yang membatalkan tayammum
1)      Hal-hal yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayammum
2)      Melihat air di luar waktu shalat
3)      Murtad[5]

























BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Thaharah menurut etimologi adalah bersih dan suci dari berbagai kotoran, baik kotoran lahiriyah seperti beberapanajis maupun bathiniyah seperti beberapa aib. Adapun secara terminologi thaharah adalah suatu perbuatan yang menentukan boleh tidaknya suatu ibadah itu di laksanakan (sah atau batal), walaupun dengan menggunakan media thaharah seperti tayamum atau semata-mata untuk mencari tambahan pahala (seperti basuhan yang kedua atau ketiga dalam berwudhu).
Air mutlak atau murni, Yaitu air yang belum tercampur dengan apapun yangg menyebabakan salah satu sifatnya berubah, baik itu sesuatu yang najis maupun sesuatu yang suci, seperti air sumur, air sumberan, air laut, air sungai, air hujan,air salju dan air embun. Air yang suci dapat di ggunakan untuk menhilangkan hadas kecil yang berupa wudhu dan dapat menghilangkan hadas besar yan berupa mandi.
Tanah yang suci Yaitu permukaan tanah yang suci yang dapat di unakan untuk bertayamum yan menjadi antinya wudhu atau mandi dalam keadaan tertentu.
Batu sebagai alat thaharah hanya bisa digunakan untuk istinja, yaitu menghilangkan najis yang keluar dari qubul dan dubur.
Secara bahasa, wudhu adalah husnu (keindahan) dan nadzofah (bersih dari kotoran dan najis). Sedankan secara istilah, wudhu adalah membasuh beberapa anggota badan tertentu dengan di sertai niat tertentu.
Mandi dalam bahasa arab adalah al-gusl,yaitu mengalirkan air baik untuk badan,baju dan lain-lain. Secara bahasa, mandi adalah mengalirkan air. Sedangkan secara istilah, mandi adalah mengalirkan air keseluruh tubuh di sertai dengan niat tertentu.
Secara bahasa, tayamum adalah Al-Qosdu yaitu menyengaja. Sedangkan menurut istilah, tayammum adalah mengusap wajah dan tangan menggunakan debu yang suci di sertai dengan niat tertentu.




DAFTAR PUSTAKA

Husain Asyahir Ahmad, 1356 H, Fathul Qarib. Semarang: karya putra
Arfan Abbas, 2011, Fiqih Ibadah Prakris. Malang: UIN-MALIKI PRESS
Sabiq Sayyid, 1988, Fiqih Sunah. Bandung: Al-Maarif
Mubarak Jaih, 2002, Modifikasi Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada



[1] Ahmad Husain Asy-Syahir, Fathul Qarib. Semarang : 1356. Hlm 3
[2] Abbas Arfan, Fiqih Ibadah Praktis.Malang : 2011. Hlm 7
[3] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah.. bandung : 1988. Hlm 47
[4] Jaih Mubarak, Modifikasi Hukum Islam. Jakarta : 2002. Hlm 34
[5] Abbas Arfan, Fiqih Ibadah Praktis. Malang : 2011. Hlm 9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENAWARAN KHUSUS

Pengertian Sosiologi Pendidikan